Tanda
Benda Cagar Budaya yang bertuliskan Monumen Kejawanan Cirebon tertangkap mata
dan menarik perhatian saya selepas mengunjungi Pelabuhan Kejawanan. Lokasi
Monumen Kejawanan ini tepat berada di seberang jalan masuk ke Pelabuhan
Kejawanan Cirebon. Saya pun
meminta supir mobil angkot untuk masuk ke halaman Monumen Kejawanan Cirebon
yang tidak begitu luas ini. Pintu masuk ke dalam bangunan monumen yang tampak
sederhana itu terkunci rapat ketika kami datang. Tak ada nomor telepon rumah
atau telepon genggam kuncen yang bisa dihubungi. Saya pun
mengitari bangunan monumen ke arah belakang, dan meminta tolong kepada seorang
warga yang rumahnya bersebelahan dengan Monumen Kejawanan ini untuk memanggil
penjaganya. Selang berapa menit penjaga pun datang dan membukakan pintu untuk
kami masuk ke dalam situs monumen ini.
Inilah
tengara Benda Cagar Budaya yang tertangkap mata saya selagi melintasi jalanan
di depan Monumen Kejawanan, dengan tulisan abad 17 yang merupakan perkiraan
dibuatnya situs Monumen Kejawanan Cirebon. Ornamen
berbentuk seperti mahkota ganda dengan lengkung bergerigi menghiasi puncak
wuwungan bangunan berbentuk Joglo pada Monumen Kejawanan Cirebon. Di balik
wuwungan ini, langit-langit bangunan tampak sederhana saja. Sebagian kayu reng
tampak sudah rapuh, patah, dan tinggal menunggu waktu untuk jatuh. Bagian atap
bangunan memang memerlukan perbaikan segera agar tidak semakin parah. Pintu
masuk ke dalam ruang bagian dalam Monumen Kejawanan, yang hanya setinggi dada
orang dewasa, letaknya berada di sebelah kanan bangunan, di belakang pintu
pagar bambu yang bercat kuning. Juru kunci masuk dari lubang ini untuk membukakan
kelambu tempat keramat. Bangunan
Joglo Monumen Kejawanan Cirebon yang terlihat mulai menua dan kurang terawat.
Cat temboknya yang berwarna merah bata terlihat memudar dan suram, sementara
gentengnya masih cukup baik dengan mustaka di puncaknya. Selain pintu masuk
yang dipagari bambu berwarna kuning, juga ada pintu masuk di sebelah kiri
bangunan. Menurut
penuturan juru kunci yang bernama Raden Utara, situs Monumen Kejawanan ini
merupakan sebuah petilasan, tempat pertapaan Pangeran Sukmajaya yang adalah
juru penasehat (Juru Martani) Sunan Gunung Jati. Makam Pangeran Sukmajaya
sendiri berada di Gunung Sembung, di kompleks Makam Sunan Gunung Jati. Meski
Monumen Kejawanan telah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, namun dari dinas
terkait sampai saat itu belum ada dukungan untuk membantu biaya pemeliharaan
dan tidak pula ada honor yang diberikan bagi Raden Utara, yang masih keturunan
Panembahan Ratu Girilaya. Karenanya Raden Utara hanya mengandalkan derma dari
tamu yang berkunjung. Uluran tangan sangat ia harapkan untuk memperbaiki atap Monumen
Kejawanan yang rusak
Ruangan
di belakang pintu gembok Monumen Kejawanan berbentuk memanjang, berukuran
sekitar 3 x 6 meter, dan di bagian tengah dinding depan yang bercat merah gaya
Majapahitan terdapat sebuah lubang pendek, dengan tempat pedupaan dan tebaran
bunga di lantai undakannya. Di balik kelambu adalah tempat yang tampaknya
dikeramatkan. Sedangkan keramik yang menempel pada dinding monumen ini konon
masih asli dari abad ke-17. Sebuah
keramik di Monumen Kejawanan yang bergambar orang, seekor kuda, serta ornamen
bunga di tepiannya yang tampak sudah mulai rusak dimakan waktu. Guratan ornamen
daun terlihat tergurat pada dinding bercat merah di sebelah kiri piringan
keramik. Keramik lainnya di Monumen Kejawanan yang telah retak di beberapa
bagian, dengan lingkaran bermotif kawung, ornamen bunga di sekelilingnya, serta
cakram bunga bertangan enam dipusatnya. Beberapa
piring keramik di dinding ini sudah hampir tidak bisa dilihat lagi lukisan yang
ditoreh pada permukaannya. Udara di sekitar Monumen Kejawanan memang banyak mengandung
garam, karena lokasinya yang sangat dekat dengan laut, sehingga sangat
berpengaruh terhadap keawetan piringan keramik di Monumen Kejawanan ini,
apalagi jika tidak dirawat dengan semestinya.